Call us now:
Mau adat atau Modern? Kenapa tidak keduanya?
Di tengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, generasi muda khususnya milenial dan Gen Z mulai menunjukkan kecenderungan untuk menggali akar budaya mereka. Salah satu wujud nyatanya terlihat jelas dalam dunia pernikahan — di mana konsep yang dulunya cenderung dipilih antara “modern” atau “adat”, kini semakin banyak pasangan yang memutuskan untuk menggabungkan keduanya.
Pernikahan yang dahulu hanya dikenal sebagai acara sakral dengan serangkaian ritual adat, kini bertransformasi menjadi momen sekaligus ekspresi gaya hidup. Namun alih-alih meninggalkan tradisi, banyak pasangan justru memilih untuk merangkul nilai-nilai luhur dari budaya keluarga mereka, sambil tetap tampil up-to-date dengan sentuhan modern.
Perubahan Gaya Hidup dan Pola Pikir Generasi Muda
Milenial dan Gen Z tidak lagi melihat tradisi sebagai sesuatu yang kuno atau membelenggu. Bagi mereka, adat bukan sekadar aturan ketat, tapi warisan budaya yang memiliki makna mendalam. Di saat bersamaan, mereka juga ingin pernikahan mereka mencerminkan kepribadian, gaya hidup, serta kemudahan yang ditawarkan oleh era digital.
Hasilnya? Konsep pernikahan pun menjadi lebih fleksibel. Upacara adat seperti siraman, midodareni, temu panggih, melasti, atau mapace tetap dilangsungkan, namun dikemas dalam nuansa estetik yang Instagramable. Prosesi siraman bisa diselingi dengan sesi prewedding di lokasi wisata hits. Bahkan undangan pernikahan pun beralih ke bentuk digital tanpa mengurangi khidmatnya acara.
Harmoni Antara Pasangan dan Keluarga
Salah satu tantangan terbesar dalam perencanaan pernikahan adalah menyelaraskan harapan pasangan muda dengan ekspektasi orang tua. Jika dulu pilihan antara “nikah modern” atau “nikah adat” sering kali menjadi titik gesekan, kini kombinasi keduanya menjadi solusi cerdas.
Dengan pendekatan ini, pasangan dapat memberikan penghormatan kepada keluarga besar melalui rangkaian upacara adat, sementara tetap menjaga esensi personal dan kesederhanaan yang mereka inginkan. Orang tua pun merasa dihargai karena tradisi turun- temurun tetap dilestarikan.
Visual yang Menarik dan Media Sosial
Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Tidak heran jika pasangan muda juga ingin momen pernikahan mereka terlihat cantik dan estetik, baik secara visual maupun konten. Inilah yang membuat konsep pernikahan adat-modern sangat populer.
Venue dengan nuansa alam seperti resort tradisional, villa pegunungan, atau rumah joglo dengan sentuhan dekorasi minimalis menjadi pilihan favorit. Selain itu, elemen-elemen seperti busana adat yang didesain ulang, dokumentasi cinematic, hingga konsep engagement session bernuansa lokal juga menambah daya tarik visual.
Mengedepankan Makna di Balik Simbolisme
Lebih dari sekadar tampil cantik di foto, pasangan muda kini mulai tertarik mempelajari filosofi di balik setiap ritual adat. Apa artinya siraman? Kenapa ada prosesi tedhak siten? Mengapa uang panai harus dibayarkan?
Dengan pemahaman tersebut, pernikahan tidak lagi hanya menjadi acara besar untuk tamu, tetapi juga momentum spiritual yang sarat makna. Hal ini membantu pasangan untuk membangun fondasi pernikahan yang lebih kuat dan bermakna.
Efektivitas Budget dan Manajemen Acara
Kombinasi pernikahan adat dan modern juga membawa manfaat praktis, salah satunya adalah efisiensi biaya. Dengan pendekatan intimate wedding atau destination wedding, pasangan bisa tetap melangsungkan prosesi adat tanpa harus menyewa gedung besar atau mengundang ratusan tamu.
Selain itu, banyak vendor pernikahan saat ini yang sudah mampu mengemas konsep hybrid ini dengan rapi, sehingga proses persiapan pun lebih mudah dan terstruktur.
Akhir kata, pernikahan adalah simbol komitmen dua jiwa, sekaligus cerminan identitas budaya sebuah keluarga. Di era yang serba cepat dan dinamis, pasangan muda tidak perlu memilih antara tradisi atau modernitas. Keduanya bisa saling melengkapi, menciptakan momen yang sakral, unik, dan berkesan.
Melalui kombinasi pernikahan modern dan adat, para calon pengantin tidak hanya merayakan cinta mereka, tetapi juga melestarikan warisan budaya dengan cara yang relevan dan penuh makna. Dan itulah kenapa tren ini tidak hanya sekadar mode — ia adalah jawaban atas pertemuan antara hati, akal, dan akar.